Selamat Datang di Madrasah Diniyah I'ANATUTHOLIBIN Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Gani Tirtoasri

Kamis, 18 Maret 2010

Selamat Atas di Bukanya Perpustakaan Gani Tirtoasri

Budaya membaca santri Salafiyah Syafi'iyah Gani Tirtroasri masih sangat perlu di tingkatkan ,untuk bekal mereka kelak di rumah masing masing .
Minat membaca santri saat ini mungkin masih dibilang kurang dikarenakan banyak faktor yang menjadi penyebabnya, pada realitasnya jika kita mengadakan penelitian tentang minat membaca santri banyak macam-macam alasan yang dilontarkan ada yang bilang "males re..k!!!, gak ada buku yang menarik..., ahhh....baca buku cuma buat penghantar tidur doang...dan banyak lagi alasan-alasannya.
Padahal kita semua tahu sangat pentingnya membaca buku untuk menambah ilmu, wawasan, mengikuti arus perkembangan zaman dan banyak lagi manfaat membaca yang sangat berguna bagi kita .
Agar kita tidak dibilang "Lari di Tempat, katrok, telo (telat loading), ndeso" atau seperti katak dalam tempurung yang hanya melihat kemegahan dunia di sekitarnya saja, dan banyak lagi slogan-slogan anak zaman sekarang ini.
"Buku adalah Jendela Dunia" kiasan tersebut adalah yang sangat kita kenal dan sering kita dengar, sekalipun kita hanya sekedar mendengar dan tidak mau mengolah atau memikirkan makna dari kiasan tersebut.
merespon situasi tersebut kini Perpustakaan Santri Salafiyah Syafi'iyah Gani Tirtoasri telah membuka perpustakaan dengan menyediakan bermacam-macam judul buku yang isinya sangat berguna sekali bagi pembacanya, dari yang berisi agama, ilmu pendidikan formal, kedokteran, atau Novel religius
pembangun jiwa dan masih bu...nyak lagi macam buku yang amat pentig dan bagus isinya untuk meningkatkan minat baca santri yang masih sangat kurang tersebut.
By. Siti Rojiah Rahayu ( Kelas XI Madrasah Aliyah Gani Tirtoasri )

Rabu, 17 Maret 2010

Ada Yang Mengaku Sebagai Rasul?




Ada seorang lelaki yang tiba-tiba bikin heboh sebuah negeri. Setelah
menyendiri (bertapa?) di sebuah gunung selama beberapa waktu, lelaki
yang dikenal berasal dari keluarga baik-baik itu mengumumkan kalau ia
baru saja mendapat wahyu. Lelaki itu mengklaim, "Tuhan baru saja
mengangkat aku sebagai utusan-Nya"

"Apa maksud Tuhan mengirim seorang utusan (rasul) untuk negeri ini?"
tanya seorang nenek yg kebingungan.

"Penduduk negeri ini telah banyak melakukan dosa. Tuhan kirimkan
berbagai bencana dan musibah, namun kalian tidak juga memohon ampun dan
menyembah-Nya," sang utusan menjawab.

"Tapi bukankah kita sudah memiliki agama dan kepercayaan yang diajarkan
dan diwariskan kepada kita sejak ratusan bahkan ribuan tahun yg lalu?
Mengapa harus ada rasul yang baru? apakah ajaran yg selama ini kami
peluk dianggap salah?"

"Aku datang untuk membenarkan dan sekaligus menyempurnakan ajaran yg
kalian anut selama ini. Tanpa sadar kalian sudah bergeser dari inti
ajaran yg Tuhan turunkan sebelumnya. Kehadiranku untuk menyelamatkan
kalian," begitu sabda sang utusan.

"Baiklah...baiklah. Tapi mengapa harus engkau yg mendapat wahyu?
Bukankah kami melihat engkau sbg orang biasa? Engkau tidak pernah
mempelajari kitab suci kami dengan cara yang benar spt yang dilakukan
oleh para guru dan orang tua kami? Tahu apa engkau ttg kitab suci
sampai berani mengklaim menerima wahyu?"

Sang utusan kembali tersenyum dan menjawab, "kesombongan para guru
agama kalian akan kitab suci telah membutakan hati. Mereka tidak lagi
bisa menerima kebenaran di luar pemahaman mereka yg sudah berabad-abad.
Kalian iri hati dan kebingungan ketika orang biasa seperti aku, yang
berjalan di pasar dan duduk-makan-minum spt layaknya dirimu, tiba-tiba
mendapat anugerah berupa wahyu. Kalau Tuhan berkuasa atas segala
sesuatu maka tentu Tuhan berkuasa pula untuk memiliki hak prerogatif
mengangkat seorang Rasul yang Dia kehendaki. Dan itulah aku"

"Ah...tidak mungkin," teriak seorang tua yg memakai sorban di
kepalanya. "Tuhan tidak mungkin mengirimkan Rasul baru. Pintu kenabian
dan kerasulan sudah terkunci berabad-abad lamanya. Anda sudah menghina
kitab suci kami"

Dengan tenang sang utusan menjawab, "Bukankah Nabi sebelumnya sudah
berpesan bahwa di akhir masa nanti akan datang juru selamat, orang yang
dijanjikan untuk membantu kalian melawan kezaliman dan kedurhakaan?
Akulah orang yang sudah disebutkan secara samar-samar oleh nabi
sebelumnya?"

"Tidak mungkin! kitab suci jelas-jelas menolak hal tsb." sergah seorang
yg berjanggut panjang.

Saat itu massa semakin banyak berkerumun, dan mulai ada yg terbakar
emosi.

"Bukankah sudah kukatakan bahwa pemahaman kalian terhadap kitab suci
sudah membuat kalian buta akan kebenaran. Sejumlah ayat dan sabda yg
secara tersirat membuka peluang kehadiran utusan berikutnya telah
kalian tutup-tutupi. Para pemuka agama telah menutup pintu kenabian;
padahal Tuhan tidak pernah menutupnya. Sekali lagi, akulah orang yg
kalian tunggu-tunggu selama ini (apapun sebutan yg kalian berikan: ratu
adil, messiah, mahdi, nabi, rasul dan lainnya)"

Seseorang mulai menghunus pedangnya. Yang lain mengumpulkan bebatuan.

Dengan tenang sang utusan mengatakan, "Buka kembali kitab suci kalian.
Semua utusan Tuhan pada mulanya didustakan dan dinistakan oleh ummatnya
sampai azab Tuhan turun. Apakah kalian akan kembali mendustakan utusan
Tuhan spt ummat sebelumnya? Aku khawatir kalau azab Tuhan turun nanti,
sudah sangat terlambat bagi kalian untuk mempercayaiku. Jangan tunggu
sampai Tuhan murka!"

"Pembohong!"

""Penipu!"

"Tangkap!"

"Bunuh!"

"Aliran sesat!"

Para pemuka agama kemudian berkumpul membahas nasib orang yang berani-
beraninya mengaku menerima wahyu tsb.

Kawan,
Dan sejarah selalu berulang: di setiap masa, pada suatu tempat, selalu
ada orang yang mengaku-ngaku menerima wahyu dan diangkat sebagai utusan-
Nya. Selalu saja kemudian masyarakat heboh dan bergejolak.

Tidak...tidak...saya tidak berbicara mengenai al-Qiyadah al-Islamiyah.
Saya sedang merekonstruksi ulang kisah Para Nabi yang diceritakan al-
Qur'an: Nuh, Luth, Isa, Muhammad, dan Nabi-nabi lainnya. Andaikan kita
hidup pada masa lampau, apakah reaksi kita juga akan sama?

Pada mulanya mereka yg beriman kepada orang yg mengaku menerima wahyu
akan dianggap sesat. Namun kemudian para pengikut Rasul yang baru
justru menganggap mereka yg tidak percaya kepada sang rasul -lah yang
termasuk golongan sesat.

Siapa yg sesat dan siapa yang beriman? Wa allahu 'alam

Mari kita panjatkan doa:

Allahhumahdina fiman hadait
Wa 'afina fiman 'afait
Watawallana fiman tawallait
Wabariklana fima a'thait
Waqina syarramaa qadhait
fa innaka taqdhi wa la yuqhda alaika


Selasa, 16 Maret 2010

Pacaran ?! ..Boleh Gak ya....

Assallamuallaikum wr wb....

Istilah pacaran tidak bisa lepas dari remaja, karena salah satu ciri
remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai
keinginan untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya
mulai "naksir" lawan jenisnya. Lalu ia berupaya melakukan pendekatan
untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah
pendekatannya berhasil dan gayung bersambut, lalu keduanya mulai
berpacaran.

Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah
jalinan cinta antara seorang remaja dengan lawan jenisnya. Praktik
pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat,
telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke suatu tempat,
apel, sampai ada yang layaknya pasangan suami istri.

Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang
sangat dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya
diri jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya remaja yang belum
memiliki pacar dianggap kurang gaul. Karena itu, mencari pacar di
kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga
menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang
mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".

Lalu bagaimana pacaran dalam pandangan Islam???
Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah
hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam
mengenalkan istilah "khitbah (meminang". Ketika seorang laki-laki
menyukai seorang perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan
maksud akan menikahinya pada waktu dekat. Selama masa khitbah,
keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan
aurat, menyentuh, mencium, memandang dengan nafsu, dan melakukan
selayaknya suami istri.

Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah. Pacaran
tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah
merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya
merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang
tidak dalam ikatan perkawinan.
Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara
pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang
mempraktikkannya. Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-
laki dan perempuan melanggar batas-batas yang telah ditentukan
Islam, maka itu pun haram. Demikian juga pacaran, jika orang dalam
berpacarannya melakukan hal-hal yang dilarang oleh Islam, maka hal
itu haram.

Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak
dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat,
apakah hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah
yang diberikan allah, sebagaimana dalam firman-Nya berikut:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-
laki maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup
berpasang-pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa
cinta. Seandainya tidak ada cinta, pasti tidak ada orang yang mau
membangun rumah tangga. Seperti halnya hewan, mereka memiliki
instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga
setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah
tangga.
Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan
syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang
secara eksplisit atau implisit melarangnya. Islam hanya memberikan
batasan-batasan antara yang boleh dan yang tidak boleh dalam
hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

Di antara batasan-batasan tersebut ialah:

1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina
Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina:
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu
jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32) Maksud ayat ini, janganlah kamu
melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kamu pada
perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti berdua-duaan
dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk
bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.

2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya
Rasulullah SAW bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas
daripada memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau
ia tahu akan berat siksaannya). "

3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya
Dilarang laki dan perempuan yang bukan mahramnya untuk berdua-duan.
Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan
yang tidak mahramnya, karena ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad)

4. Harus menjaga mata atau pandangan
Sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang
sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah
berfirman, "Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka
memalingkan pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan
mereka.....Dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka
meredupkan mata mereka dari yang haram dan menjaga kehormatan
mereka..." (QS. An-Nur: 30-31)
Yang dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan,
tidak melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan
jenis penuh dengan gelora nafsu.

5. Menutup aurat
Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang
memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk
suaminya. Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah
dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak
wangi yang baunya semerbak, memakai "make up" dan sebagainya setiap
langkahnya dikutuk oleh para Malaikat, dan setiap laki-laki yang
memandangnya sama dengan berzina dengannya. Di hari kiamat nanti
perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga (apa lagi
masuk surga)
Selagi batasan di atas tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh.
Tetapi persoalannya mungkinkah pacaran tanpa berpandang-pandanga n,
berpegangan, bercanda ria, berciuman, dan lain sebagainya. Kalau
mungkin silakan berpacaran, tetapi kalau tidak mungkin maka jangan
sekali-kali berpacaran karena azab yang pedih siap menanti Anda.
Wassallamu`allaikumsallam wr wb...


By cah pondok cangkring